Weekly Perspective - W3 November 2020
Neraca Dagang bulan Oktober 2020 mengalami Surplus USD 3.60 miliar
- Badan
Pusat Statistik mengumumkan bahwa neraca perdagangan di bulan Oktober 2020
mengalami surplus sebesar USD 3.61 miliar. Angka surplus tersebut meningkat
cukup besar dibandingkan dengan bulan September lalu yaitu sebesar USD 2.39
miliar. Pada bulan Oktober ini, nilai ekspor mencapai USD 14.39 miliar
(meningkat +3.09%) apabila dibandingkan dengan bulan September 2020 yang
sebesar USD 13.96 miliar. Sementara untuk impor pada periode bulan Oktober 2020
tercatat sebesar USD 10.78 miliar. Angka tersebut menurun 6.79% jika
dibandingkan dengan bulan September 2020. Sepanjang Januari hingga Oktober
2020, neraca perdagangan mengalami surplus USD 17.07 miliar.
Neraca Perdagangan Indonesia Periode Nov 19 – Okt 20 (USD
Miliar)
Kemenangan
Biden masih memberikan sentimen positif bagi pasar modal Indonesia
- Selama
sepekan terakhir periode
(9-13 November 2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan
+2.35% melanjutkan reli yang berlangsung
dari minggu sebelumnya karena euforia
terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden
Amerika Sekitar
dalam pemilu yang
dilaksanakan pada
4 November lalu.
Adanya kenaikan tersebut membuat IHSG ditutup di level 5,461.05 sehingga secara Year-to-Date
koreksi IHSG sebesar -13.30%. Kenaikan IHSG sejalan dengan investor asing yang
membukukan net buy sepanjang Week-to-Date
sebesar
Rp +4.40 triliun dan Year-to-Date net sell Rp
-51.00 triliun.
Hampir seluruh sektor mengalami kenaikan dimana sektor yang mengalami kenaikan
terbesar diantaranya Finance +4.42%,
Agriculture
+3.76%, Infrastructure +3.27%,
Mining +2.41%
dan Miscellaneous Industries +1.29%.
Sedangkan yang mengalami penurunan hanya sektor Consumer Goods sebesar –1.45%.
- Sedangkan
untuk pasar Obligasi domestik harga Surat Utang Negara (SUN) yang mengacu pada Bloomberg
Indonesia Local Sovereign Bond Index (BINDO) juga mengalami kenaikan
sebesar +0.40% selama satu minggu terakhir melanjutkan reli yang berlangsung
dari pertengahan Oktober 2020. Reli yang terjadi di pasar obligasi masih
dipengaruhi oleh sentimen positif terpilihnya Biden sebagai Presiden
Amerika Serikat
mengalahkan incumbent
Donald Trump, serta riset vaksin
COVID-19 yang dilakukan oleh Pfizer dan AstraZeneca menghasilkan perkembangan
yang sesuai harapan dan diekspektasikan vaksin tersebut dapat di ujicoba di
negara-negara seperti
Amerika Serikat,
Inggris, China dan negara Eropa lainnya di akhir tahun 2020. Dari sisi valuasi
pasar Obligasi domestik dengan yield SUN
10 tahun di
level 6.30 – 6.50 masih cukup
atraktif, dibandingkan dengan negara yang memiliki rating sejenis seperti
Indonesia yaitu India dengan yield 10
tahun menyentuh level 5.25 – 5.50%, dimana spread
yield India
dan Indonesia berkisar 50 – 80 bps dan saat ini
menyentuh 120 – 150 bps sehingga masih ada upside
penurunan yield SUN kedepannya. Kenaikan harga
Obligasi sejalan dengan nilai tukar Rupiah yang menguat signifikan terhadap
mata uang USD dari Rp 14,212/USD ke Rp 14.022/USD serta pergerakan yield SUN
10 tahun yang
mengalami penurunan dari level 6.30% ke 6.20%. Dari sisi transaksi harian juga
mengalami peningkatan dari rata-rata Rp 12 - 14 triliun/hari naik menjadi Rp 18
- 20 triliun/hari. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Pembiayaan dan
Risiko (DJPPR) per tanggal 12 November 2020, investor asing membukukan net
buy sepanjang Month-to-Date
sebesar
Rp +10.50 triliun dan secara Year-to-Date
net sell sebesar
Rp -95.20 triliun di
pasar Obligasi domestik dari posisi akhir Desember 2019 sebesar Rp 1,062.20
trilliun menjadi 957.00 trilliun.
- Portofolio
Reksa Dana Saham menjaga
porsi investasi di level 90 – 92% sembari menganalisa pergerakan IHSG kedepannya yang
diekspektasikan akan mengalami kenaikan di kisaran 5,500 – 5,700 pasca terpilihnya
Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat yang memberikan sentimen positif
pergerakan pasar global kedepannya. Tactical trading tetap dilakukan pada saham blue-chip
dan
mid-cap yang
masih berada dalam valuasi yang atraktif dan berpotensi memberikan pertumbuhan return kedepannya terutama di beberapa
sektor seperti perbankan yang memiliki bobot terbesar dalam IHSG serta sektor Consumer,
Infrastructure, Mining dan Miscellaneous Industries. Reksa
Dana Obligasi berinvestasi
pada SUN seri benchmark 10 – 15 tahun serta durasi portofolio dijaga di level 7.00 – 7.25 karena
adanya ekspektasi bahwa Bank Indonesia masih akankembali menurunkan suku bunga 1x di bulan
Desember 2020. Alokasi
portofolio untuk Obligasi Korporasi tenor pendek (3 tahun) dengan kupon yang
tinggi tetap dijaga di kisaran 10 – 15% untuk menahan volatilitas market dan
memaksimalkan return Reksa Dana.
Download PDF
Back to list