Weekly Perspective - W3 May 2021
Gross Domestic
Product (GDP) Indonesia pada KuartalPertamaTahun 2021
Ekonomi Indonesia tercatat turun sebesar 0.74% pada kuartal pertama tahun 2021 sesuai dengan konsensus pasar. Sebelumnya ekonomi juga mengalami penurunan sebesar -2.19% pada kuartal keempat tahun 2020. Ini adalah penurunan ekonomi keempat secara berturut-turut selama pandemi COVID-19. Konsumsi rumah tangga (-2.23% vs -3.61% in Q4) dan investasi (-0.23% vs
-6.15%) turun lebih sedikit namun external demand berkontribusi positif terhadap GDP dimana ekspor tumbuh sebesar 6.74% dan impor juga naik lebih rendah 5.27%.
Diperkirakan Indonesia mulai mencatatkan pertumbuhan yang positif pada kuartal kesuatahun 2021 karena low base dan semakin terbukanya kegiatan ekonomi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan sejak awal bulan
- Sejak awal bulan (30 April-11 Mei 2021) Indeks Harga Saham Gabungan kembali turun dari level 5,995 ke level 5,938. Hampir semua sektor tertekan pada periode ini.
- Sedangkan untuk pasar Obligasi domestik, harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak flat. Obligasi domestik dengan yield SUN 10 Tahun di kisaran level 6.55 - 6.40%, meski di akhir minggu ditutup di level 6.40%. Pergerakan ini sepertinya dipengaruhi yield US Treasury 10 years yang masih stabil meski sempat naik cepat pada saat angka inflasi diumumkan. Menurut kami, prospek obligasi masih bisa positif didorong oleh rendahnya inflasi yang bisa membuat Bank Indonesia mempertahankan suku bunga rendah sampai dengan tahun depan. Bank Indonesia telah menurunkan proyeksi untuk GDP Indonesia di tahun 2021 ini menjadi kisaran 4.1-5.1%.
- Nilai tukar Rupiah menguat setelah tertahan pada kisaran yang 14,500-14,600 dalam beberapa minggu. Pada akhir bulan, Rupiah ditutup di level 14,200. Investor asing membukukan net buy di pasar obligasi sejak awal bulan. Pada akhir April, kepemilikan asing di SUN sebesar Rp 964.6 triliun, setara dengan 22.7% dari total outstanding SUN yang beredar.
- Portofolio Reksa Dana Saham mengantisipasi posisi rebound setelah koreksi terjadi dalam beberapa minggu dalam beberapa waktu kedepan, sehingga mempertahankan porsi saham di level 90-92%. Potensi kenaikan IHSG kedepannya masih ada meski mengalami volatilitas pasar juga agak tinggi. Tactical trading tetap dilakukan pada saham blue-chip dan mid-cap yang masih berada dalam valuasi yang atraktif. Reksa Dana Obligasi berinvestasi pada SUN seri benchmark 10 – 15 tahun serta durasi portofolio dijaga di level 6.50 – 7.0 sebagai antisipasi Bank Indonesia masih menjaga suku bunga rendah sepanjang tahun 2021. Alokasi portofolio untuk Obligasi Korporasi tenor pendek (3 tahun) dengan kupon yang tinggi tetap dijaga di kisaran 5– 15% untuk optimalisasi return Reksa Dana.
Download PDF
Back to list