Weekly Perspective - W2 Nov 2020
Joe Biden terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-46
- Pemilihan presiden Amerika Serikat yang dilaksanakan pada tanggal 4 November 2020 telah memilih Joe Biden sebagai Presiden terpilih dan Kamala Harris sebagai Wakil Presiden terpilih mengalahkan incumbent Donald Trump dan Mike Pence setelah meraih minimum electoral votes 270 suara untuk menjadi presiden baru Amerika Serikat (Biden 284 Electoral Votes dan Trump 214 Electoral Votes). Terplihnya Biden dan Harris menghasilkan sejarah baru karena Harris menjadi wanita pertama yang menjadi Wakil Presiden dalam sejarah Amerika Serikat, begitu juga dengan Biden yang akan menjadi presiden tertua saat dilantik dalam sejarah Amerika Serikat.
US Election Result 2020 (97% suara
dihitung)
Terpilihnya
Joe Biden sebagai Presiden
Amerika Serikat
memberi dampak positif pasar saham dan obligasi
- Selama
sepekan terakhir periode (2-6
November 2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan +4.04%
pasca terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden
Amerika Serikat
dalam pemilu 4 November 2020. Adanya kenaikan tersebut membuat IHSG ditutup di
level 5,335.42 sehingga secara Year-to-Date
koreksi IHSG sebesar -15.29%. Kenaikan IHSG sejalan dengan investor asing yang
membukukan net buy sepanjang Week-to-Date
sebesar
Rp +800 miliar dan Year-to-Date net sell Rp
-55.40 triliun.
Hampir seluruh sektor mengalami kenaikan dimana sektor yang mengalami kenaikan
terbesar diantaranya Miscellaneous Industries +5.88%,
Finance
+5.47%, Basic Industry +5.01%,
Infrastructure +4.91%
dan Mining +4.04%.
Sedangkan yang mengalami penurunan hanya dua sektor yaitu Agriculture
–0.08%
dan Property Real Estate -0.05%.
- Sedangkan
untuk pasar Obligasi domestik harga Surat Utang Negara (SUN) yang mengacu pada Bloomberg
Indonesia Local Sovereign Bond Index (BINDO) juga mengalami kenaikan
sebesar +1.57% selama satu minggu terakhir. Kenaikan harga Obligasi dipengaruhi
sentimen positif terpilihnya Biden sebagai Presiden
Amerika Serikat
mengalahkan incumbent
Donald Trump serta riset vaksin
COVID-19 yang dilakukan oleh Pfizer dan AstraZeneca menghasilkan perkembangan
yang sesuai harapan dan diekspektasikan vaksin tersebut dapat di ujicoba pada
akhir
tahun 2020. Dari sisi valuasi,
pasar Obligasi domestik dengan yield SUN
10 tahun di
level 6.30 – 6.50 masih atraktif apabila
dibandingkan dengan negara yang memiliki rating sejenis seperti
Indonesia yaitu India dengan yield 10
tahun menyentuh level 5.25 – 5.50%, dimana spread
yield India
dan Indonesia berkisar 50 – 80 bps dan saat ini
menyentuh 120 – 150 bps sehingga masih ada upside
penurunan yield SUN kedepannya. Kenaikan harga
Obligasi sejalan dengan nilai tukar Rupiah yang menguat signifikan terhadap
mata uang USD dari Rp 14,612/USD ke Rp 14.022/USD serta pergerakan yield SUN
10 tahun yang
mengalami penurunan dari level 6.70% ke 6.30%. Dari sisi transaksi harian juga
mengalami peningkatan dari rata-rata Rp 12 - 14 triliun/hari naik menjadi Rp 18
– 20 triliun/hari. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Pembiayaan dan
Risiko (DJPPR) per tanggal 6
November 2020 investor asing membukukan net
buy sepanjang Month-to-Date
sebesar
Rp +5.50 triliun dan secara Year-to-Date
net sell sebesar
Rp -100.20 triliun di
pasar Obligasi domestik dari posisi akhir Desember 2019 sebesar Rp 1,062.20 triliun
menjadi 952.00 triliun.
- Portofolio
Reksa Dana Saham akan
menaikkan porsi investasi ke level 90 – 92% sembari menganalisa pergerakan IHSG kedepannya yang
diekspektasikan akan bergerak di kisaran 5300 – 5500 pasca terpilihnya Joe
Biden sebagai Presiden Amerika Serikat yang memberikan sentimen pada
pergerakan pasar global kedepannya. Tactical trading tetap dilakukan pada saham blue-chip
dan
mid-cap yang
sudah berada dalam valuasi yang atraktif dan berpotensi memberikan pertumbuhan return kedepannya terutama di beberapa
sektor seperti perbankan yang memiliki bobot terbesar dalam IHSG serta
merupakan penggerak ketika IHSG mengalami rebound, serta sektor Consumer,
Infrastructure, Mining dan Miscellaneous Industries. Reksa
Dana Obligasi berinvestasi
pada SUN seri benchmark 10 – 15 tahun serta durasi portofolio dijaga di level 7.25 – 7.50 karena
adanya ekspektasi bahwa Bank Indonesia masih akankembali menurunkan suku bunga 1x hingga
akhir tahun 2020. Alokasi
portofolio untuk Obligasi Korporasi tenor pendek (3 tahun) dengan kupon yang
tinggi tetap dijaga untuk menahan volatilitas market dan memaksimalkan return Reksa Dana.
Download PDF
Back to list