Weekly Perspective - W2 June 2020
Nilai
tukar Rupiah menguat signifikan dan Kembali dibawah Rp 14,000/USD
Pada
akhir pekanlalu,
nilai tukar rupiah menguat signifikan dan menembus level Rp13,885/USD atau
menguat 1.49% dibandingkan hari sebelumnya. Penguatan nilai tukar Rupiah
dipengaruhi oleh stimulus ekonomi yang dilakukan sejumlah negara seperti Amerika Serikat, negara Eropa, dan Jepang untuk meredam dampak
penyebaran virus COVID-19 sehingga memberi dampak positif bagi negara emerging market. Sedangkan sentimen dari dalam
negeri diantaranya kebijakan new normal yang
diterapkan oleh pemerintah ditengah pandemi COVID-19 direspon positif oleh
investor karena akan kembali menggerakan perekonomian.
Cadangan devisa Indonesia Mei 2020 naik
menjadi USD 130.5 miliar
Bank
Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2020
sebesar USD 130.50 miliar, angka tersebut melonjak tajam dibandingkan dengan
posisi akhir April 2020 sebesar USD127.90 miliar. Bank sentral memandang
peningkatan cadangan devisa Mei 2020 dipengaruhi oleh penarikan utang luar
negeri pemerintah dan penempatan valuta asing perbankan di Bank Indonesia. Posisi cadangan devisa tersebut setara
dengan pembiayaan 8.30 bulan impor atau 8.00 bulan impor dan pembayaran utang
luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional
sekitar tiga bulan impor.
Data Cadangan Devisa Indonesia Periode Jun 19 - May 20 (dalam USD miliar)
Sumber: Bank Indonesia
Menguatnya
nilai tukar Rupiah memberikan sentimen positif Pasar Saham dan Obligasi
- Selama
sepekan terakhir (2-5
Juni 2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali
mengalami kenaikan yang sangat tinggi sebesar +4.08% melanjutkan kenaikan di
minggu sebelumnya dan ditutup di level 4,947.78. Secara Year-to-Date,
koreksi IHSG mengecil sebesar -21.46%. Faktor kenaikan IHSG relatif sama
seperti di minggu sebelumnya, yaitu dipengaruhi
kenaikan sektor Perbankan yang
memiliki bobot terbesar dalam IHSG serta sektor Infrastruktur dan Aneka
Industri juga menjadi support pendorong kenaikan IHSG. Sentimen positif lainnya
yaitu pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang digagas oleh
Pemerintah Pusat serta Daerah juga memberikan sentimen positif bagi IHSG karena
aktifitas perekonomian kembali dibuka dan akan berdampak positif terhadap earning
growth dari
emiten. Kenaikan IHSG sejalan dengan investor asing yang membukukan net
buy sepanjang Week-to-Date
sebesar
Rp +3.30 triliun dan Year-to-Date net sell Rp
-20.30 trilliun. Seluruh sektor mengalami kenaikan
selama sepekan terakhir dimana Banking mengalami
kenaikan terbesar+7.15%, diikuti oleh Property Real
Estate +6.12%, Infrastructure +4.94%, Miscellaneous Industries +4.77 dan
Agriculture +4.25%.
- Sedangkan
untuk
Pasar Obligasi Domestik, harga
Surat Utang Negara (SUN) yang mengacu pada Bloomberg
Indonesia Local Sovereign Bond Index (BINDO) mengalami kenaikan +0.45%
selama satu minggu terakhir melanjutkan kenaikan pada minggu sebelumnya.
Kenaikan pada pekan ini masih seperti pada pekan sebelumnya dipengaruhi
sentimen positif membaiknya persepsi investasi di Indonesia terlihat dari penurunan
Credit Default Swap (CDS) 5
Tahun setelah turun dari level 195 ke 146 serta pelonggaran PSBB di sejumlah
wilayah Indonesia dari awal Juni 2020 membuat aktifitas ekonomi kembali
tumbuh. Sentimen positif membuat harga
Obligasi mengalami kenaikan tercermin dari Yield SUN
10 tahun turun dari 7.40% ke 7.20% diikuti menguatnya nilai tukar Rupiah secara
signifikan hingga menyentuh level IDR 13,800/USD dan merupakan kenaikan mata
uang yang tertinggi di Asia. Kenaikan harga Obligasi juga sejalan dengan
meningkatnya rata-rata transaksi harian dari Rp 10-12 triliun menjadi Rp 15-17
triliun, meskipun lebih rendah 35% dari rata-rata transaksi harian sebelum
Maret 2020. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Pembiayaan dan Risiko
(DJPPR) per tanggal 04 Juni 2020 investor asing membukukan net
buy sepanjang Month-to-Date
sebesar
Rp +7.00 triliun dan secara Year-to-Date
net sell sebesar
Rp -118.00 trilliun di pasar Obligasi domestik dari posisi akhir Desember 2019
sebesar Rp 1,062.20 trilliun menjadi Rp
944.20 trilliun.
- Portfolio
Reksa Dana Saham masih
tetap defensif di level 80-85% sembari menunggu
pergerakan IHSG kedepannya yang masih memiliki tingkat volatilitas yang cukup
tinggi akibat belum meredanya pandemi COVID-19. Tactical trading tetap dilakukan pada saham blue chip yang sudah berada dalam valuasi yang
murah dan berpotensi memberikan pertumbuhan return
kedepannya terutama di beberapa sektor seperti perbankan yang merupakan sektor
dengan bobot terbesar dalam IHSG serta merupakan sektor yang akan menjadi
penggerak Ketika IHSG mengalami rebound, serta sektor Consumer, Infrastructure,
Mining dan Miscellaneous Industries. Reksa Dana Obligasi berinvestasi pada SUN seri benchmark tenor 5-10 tahun serta durasi portofolio ditingkatkan ke level 6.00-6.50. Alokasi portfolio untuk Obligasi
Korporasi tenor pendek (3 tahun) dengan kupon yang tinggi tetap dijaga untuk
menahan volatilitas market dan memaksimalkan return Reksa Dana.
Download PDF
Back to list