Weekly Perspective - W2 July 2020
Tingkat
inflasi di Juni 2020 sebesar 0.18% dan 1.96% secara Year-on-Year
Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatatkan tingkat inflasi Juni 2020 mencapai 0.18%,
atau lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi Mei 2020 sebesar 0.07%. Inflasi dari bulan Januari - Juni 2020 tercatat
sebesar 1.09%, sedangkan inflasi secara Year-on-Year mencapai 1.96%. Dari 90 kota yang
diobservasi oleh BPS, ada 76 kota yang mengalami inflasi sedangkan 14 kota
lainnya terjadi deflasi. Ada
enam kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi
pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0.47%, dengan
andil pada inflasi 0.12%. Kelompok pengeluaran transportasi pada bulan Juni
2020 mengalami inflasi tertinggi kedua, yakni 0.41% dengan andil sebesar 0.05%.
Hal itu terjadi karena adanya kenaikan tarif pada angkutan udara, angkutan
antarkota dan ojek online.
Pertumbuhan Inflasi Indonesia Periode Jul 19 – Jun 20 (Year-on-Year %)
Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik)
Sentimen positif dari global market memberikan return positif bagi saham dan obligasi
- Selama
sepekan terakhir (29
Juni-3 Juli
2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan sebesar +1.42%
setelah mengalami penurunan selama seminggu terakhir dan ditutup di level
4,973.39 sehingga secara Year-to-Date
koreksi IHSG sebesar -21.04%. Kenaikan IHSG sepekan terkahir karena adanya
ekspektasi perbaikan earning
perusahaan di Q3 dan Q4 2020 serta data inflasi yang mengalami peningkatan
dibandingkan bulan sebelumnya turut menjadi katalis positif bagi IHSG. Meskipun
IHSG mengalami kenaikan namun investor asing masih membukukan net
sell sepanjang Week-to-Date
sebesar
Rp -1.60 triliun dan Year-to-Date net sell sebesar Rp
-28.70 triliun.
Hampir seluruh sektor mengalami kenaikan dimana sektor yang
mengalami kenaikan terbesar yaitu Basic Industry sebesar +5.25%%, diikuti oleh
Mining +2.82%, Finance +2.47% dan Manufacturing +1.91%. Adapun sektor yang
mengalami penurunan yaitu Mining dengan -2.07% diikuti oleh Infrastructure-1.47%,
dan Miscellaneous Industries -1.12%.
- Sedangkan
untuk pasar Obligasi Domestik,
harga Surat Utang Negara (SUN) yang mengacu pada Bloomberg
Indonesia Local Sovereign Bond Index (BINDO) juga mengalami kenaikan
tipis +0.40% selama satu minggu terakhir melanjutkan kenaikan yang terjadi di sepanjang bulan Juni
2020. Kenaikan harga Obligasi selama sepekan terakhir dipengaruhi oleh
eskpektasi pelaku pasar bahwa pertumbuhan data US-Non-Farm
Payroll di
bulan Juni 2020 akan
melebihi ekspektasikonsensus
serta data inflasi Indonesia yang meningkat dibanding bulan sebelumnya
mengisyaratkan daya beli yang sudah mulai berangsur pulih meskipun belum
kembali seperti masa pre-COVID 19. Dari sisi valuasi pasar Obligasi domestik
dengan level yield SUN 10 Tahun di level saat ini masih atraktif, dibandingkan
dengan negara yang memiliki rating
sejenis seperti
Indonesia yaitu India dimana yield 10 tahun menyentuh level 5.80-6.00%,
sehingga masih ada upside penurunan yield SUN kedepannya.
Meskipun harga Obligasi mengalami kenaikan namun nilai tukar Rupiah justru
melemah tipis terhadap USD di kisaran Rp 14,150 – 14,250/USD serta pergerakan
yield SUN 10 Tahun yang relatif sideways pada
kisaran
7.15-7.20%. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Pembiayaan dan Risiko
(DJPPR) per tanggal 03 Juli
2020, investor asing membukukan net
sell sepanjang Month-to-Date
sebesar
Rp -500 miliar dan secara Year-to-Date
net sell sebesar
Rp -112.50 triliun di
pasar Obligasi domestik dari posisi akhir Desember 2019 sebesar Rp 1,062.20 triliun
menjadi 949.70 triliun.
- Strategi Portofolio
Reksa Dana Saham masih
tetap defensif di level 83-88% sembari menunggu
pergerakan IHSG kedepannya yang masih dengan tingkat volatilitas yang cukup
tinggi akibat belum meredanya pandemi COVID-19. Tactical trading tetap dilakukan pada saham blue chipyang sudah berada dalam valuasi yang
murah dan berpotensi memberikan pertumbuhan return
kedepannya terutama di beberapa sektor seperti perbankan yang merupakan sektor
dengan bobot terbesar dalam IHSG serta merupakan sektor yang akan menjadi penggerak ketika
IHSG mengalami rebound, serta sektor Consumer,
Infrastructure, Mining dan Miscellaneous Industries. Reksa
Dana Obligasi berinvestasi
pada SUN seri benchmark tenor 5-10 tahun serta durasi portofolio dijaga di level 6.50-7.00. Alokasi portofolio untuk Obligasi
Korporasi tenor pendek (3 tahun) dengan kupon yang tinggi tetap dijaga untuk
menahan volatilitas market dan memaksimalkan return Reksa Dana.
Download PDF
Back to list