Weekly Perspective - W1 Desember 2020
Total
kasus
COVID-19 di seluruh dunia telah menyentuh 63 juta kasus
- Jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia telah menyentuh hingga 63 juta kasus, tepatnya 63,043,588 berdasarkan laporan dari Worldometers. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,464,721 orang meninggal dunia dan 43,525,121 dinyatakan sembuh. Amerika Serikat masih menjadi negara dengan angka kasus tertinggi sampai saat ini dengan 13,738,994 kasus dimana 273,032 orang meninggal dunia dan 8,099,458 dinyatakan sembuh. Selanjutnya diikuti oleh India dengan 9,432,039 kasus dimana 137,177 orang meninggal dunia dan 8,846,187 orang dinyatakan sembuh. Urutan ketiga ditempati oleh Brazil dengan 6,314,740 kasus dengan 172,883 orang meninggal dunia dan 5,578,118 dinyatakan sembuh.
10 Negara denganJumlahKasus COVID-19 Terbanyak di Dunia
Sumber: Worldometers per 30 November 2020
Sektor
Mining dan Property menjadi penggerak kenaikan IHSG sepekanterakhir
- Selama
sepekan terakhir periode (23-27 November 2020), Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) mengalami kenaikan +3.80% melanjutkan reli yang berlangsung dari minggu
sebelumnya karena euforia
terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden
Amerika Serikat dan
adanya penurunan suku bunga 25 bps kembali oleh
Bank Indonesia. Adanya kenaikan tersebut membuat IHSG ditutup di level 5,783.33
sehingga secara Year-to-Date
koreksi IHSG sebesar -8.19%. Kenaikan IHSG sejalan dengan investor asing yang
membukukan net buy sepanjang Week-to-Date
sebesar
Rp +360 miliar dan Year-to-Date net sell Rp
-50.00 triliun.
Hampir seluruh sektor mengalami kenaikan dimana sektor yang mengalami kenaikan
terbesar diantaranya Mining +7.33%
diikuti oleh
Property Real Estate +7.26%,
Basic Industry +6.67%,
Infrastructure +6.36%
dan Trade Services +5.93%.
Sedangkan yang mengalami penurunan hanya sektor Miscellaneous
Industries sebesar
–1.12%.
- Sedangkan
untuk pasar Obligasi domestik,
harga Surat Utang Negara (SUN) yang mengacu pada Bloomberg
Indonesia Local Sovereign Bond Index (BINDO) juga mengalami kenaikan
sebesar +0.25% selama satu minggu terakhir melanjutkan reli yang berlangsung
dari pertengahan Oktober 2020. Kenaikan harga yang terjadi di pasar Obligasi
masih dipengaruhi oleh sentimen
positif dari Bank Indonesia yang kembali
menurunkan suku bunga BI-7DRR dari 4.00% menjadi 3.75% serta perkembangan uji coba
vaksin yang menggembirakan. Kedepannya kami melihat masih ada peluang bagi Bank
Indonesia untuk menurunkan suku bunga 25bps lagi di 1H 2021 tergantung tingkat
inflasi di Indonesia. Dari sisi valuasi
pasar, Obligasi domestik dengan yield SUN
10 tahun di
level 6.20 – 6.40 masih cukup atraktif apabila
dibandingkan dengan negara yang memiliki rating sejenis seperti Indonesia yaitu
India dengan yield 10
tahun menyentuh level 5.25 – 5.50%, dimana spread
yield India
dan Indonesia berkisar 50 – 80 bps dan saat ini menyentuh 120 – 150 bps
sehingga masih ada upside penurunan yield SUN
kedepannya. Kenaikan harga Obligasi sejalan dengan nilai tukar Rupiah yang
bergerak di kisaran Rp 14.022 – 14,100 /USD serta pergerakan yield SUN
10 tahun yang
mengalami penurunan dari level 6.20% ke 6.15%. Dari sisi transaksi harian juga
mengalami peningkatan dari rata-rata Rp 12-14 triliun/hari naik menjadi Rp
18-20 triliun/hari. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Pembiayaan dan
Risiko (DJPPR) per tanggal 26 November 2020, investor asing membukukan net
buy sepanjang Month-to-Date
sebesar
Rp +15.00 triliun dan secara Year-to-Date
net sell sebesar
Rp -88.20 triliun di
pasar Obligasi domestik dari posisi akhir Desember 2019 sebesar Rp 1,062.20 triliun
menjadi 974.00 triliun.
- Portofolio
Reksa Dana Saham menjaga
porsi investasi di level netral 88 - 90% sembari menganalisa pergerakan IHSG kedepannya yang
diekspektasikan mengalami profit
taking terbatas
setelah IHSG menyentuh level kenaikan di kisaran 5,700 – 5,800. Tactical
trading tetap
dilakukan pada saham blue-chip
dan
mid-cap yang
masih berada dalam valuasi yang atraktif dan berpotensi memberikan pertumbuhan return kedepannya terutama di beberapa
sektor seperti perbankan yang memiliki bobot terbesar dalam IHSG serta sektor Consumer,
Infrastructure, Mining dan
Miscellaneous Industries. Reksa
Dana Obligasi berinvestasi
pada SUN seri benchmark 10 – 15 tahun serta durasi portofolio diturunkan ke level 6.00 – 6.50 sebagai
antisipasi profit
taking di
pasar Obligasi setelah reli panjang selama dua bulan terakhir. Alokasi portofolio untuk Obligasi
Korporasi tenor pendek (3 tahun) dengan kupon yang tinggi tetap dijaga di
kisaran 10 – 15% untuk menahan volatilitas market dan memaksimalkan return Reksa Dana.
Download PDF
Back to list