Monthly Update - July 2020
Market Summary
- Indeks
Harga Saham Gabungan
(IHSG) bergerak menguat
3,2% sepanjang bulan Juni
2020 menuju ke
level 4.905. Kenaikan didorong
oleh saham-saham Bluechip di beberapa sektor,
terutama sektor
Telekomunikasi dan Barang Konsumsi.
Kenaikan
juga mengikuti
trend pasar global yang terus membaik berkaitan dengan
stimulus di berbagai
negara untuk menghidupkan kembali perekonomian.
Meski kasus
COVID-19 masih terus meningkat,
optimisme terhadap
uji coba vaksin terlihat cukup menjanjikan
dan data-data ekonomi
di Amerika Serikat
yang lebih baik daripada ekspektasi.
- Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun
naik terbatas menuju
level 7,2% pada akhir bulan Juni
2020. Aliran
dana mulai memasuki kembali
pasar obligasi
negara, berbeda dengan apa
yang terjadi
pada bulan Maret
2020. Mulai tercatat posisi net buy dari
investor luar
negeri sejak bulan
April, Mei dan Juni
2020. Namun,
kepemilikan foreign investor mencatatkan posisi flat dengan
ownership di SUN yang saat ini masih sebesar
30,2%.
- Nilai tukar
Rupiah masih sedikit membaik,
tercatat menguat ke
level 14.265 mengikuti perbaikan
yield emerging market di seluruh
dunia. Tekanan jual terhadap
SUN juga mereda
dan dalam beberapa
kali lelang terlihat cukup berhasil.
Selain itu nilai tukar
US Dollar yang diwakili
oleh US Dollar Index juga terlihat melemah terhadap major currencies. Melalui global bond, Indonesia bisa menaikkan cadangan devisa menjadi sebesar
USD 131 miliar.
- US Treasury dengan tenor 10 tahun bergerak relatif stabil masih tercatat di level 0,6 - 0,7%.
Perkembangan Global
- Virus COVID-19
tercatat menembus 10 juta kasus secara global, dan mencatatkan 500.000 kematian. Meski demikian, sudah terlihat flattening curve di negara-negara Eropa yang telah mulai membuka perekonomiannya. Di Amerika Serikat, ekonomi juga telah dibuka meski penyebaran masih berlanjut ke banyak negara bagian. Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Australia dan lainnya sudah mulai membuka kembali kegiatan ekonominya.
- Saat ini berbagai negara masih mencoba melakukan uji coba, baik dalam skala kecil maupun besar, untuk vaksin yang menimbulkan daya tahant erhadap virus
COVID-19. Amerika Serikat, China dan Eropa adalah negara-negara
yang memimpin untuk pengujian ini.
- Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal
Reserve, masih terus melakukan pembelian berbagai instrumen di pasar keuangan untuk menjaga agar likuiditas pasar terjaga. Dalam beberapa kesempatan, Gubernur The Federal
Reserve, Jerome
Powell, mengungkapkan masih akan terus menjaga suku bunga rendah setidaknya sampai 2 tahun kedepan.
Source: tradingeconomics.com
Perkembangan Domestik
- Virus COVID-19
pada akhir bulan Juni telah melewati angka 50.000 kasus di Indonesia.
Pelaksanakan tes per harinya semakin baik dan mulai mendapatkan gambaran yang sesungguhnya. Penambahan kasus per hari saat ini berkisar kurang lebih 1.000 kasus baru per hari. Pemerintah mulai berangsur merencanakan new normal untuk menjaga kegiatan ekonomi.
- Pada awal Bulan Juli ini, Pemerintah dan Bank
Indonesia menyepakati burden sharing
agreement, yaitu program debt
monetization. Bank
Indonesia akan membeli SUN lewat private
placement untuk public goods, namun hanya untuk tahun 2020 dengan size maksimum sebesar IDR 397,6 triliun. Bank Indonesia menyatakan efek dari monetisasi ini akan terkendali. Dengan demikian, jumlah penerbitan SUN oleh pemerintah melalui lelang diperkirakan akan sebesar 28.9 triliun per auction dan 10 triliun untuk sukuk per auction.
- Nilai tukar Rupiah sempat tertekan mengantisipasi kebijakan ini dan sempat melemahke level 14.700 sebelum membaik kembali ke level 14.400.
- Bank Indonesia
pada pertemuan bulanJuni juga menurunkan suku bunga menjadi 4,25%.
Source:
tradingeconomics.com | Statistics Indonesia
- Angka Manufacturing
Purchasing Manager Index (PMI) menunjukkan perbaikan pada bulan Juni dan tercatat di level 39.
Data industri diperkirakan akan membaik mulai bulan Juni setelah aktifitas ekonomi bertahap dibuka. Tercatat traffic di jalan toll sudah kembali ke level normal
pada awal bulanJuli.
- Pasar sepertinya akan mengantisipasi laporan keuangan yang tidak baik, karena pada kuartal kedua tahun 2020 kegiatan ekonomi terbatas akibat banyak daerah melakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
- Pemerintah Republik Indonesia memperkirakan budget deficit sebesar 6,4% meski dalam Undang-undang sudah diizinkan untuk di atas limit normal
di 3%. Pendapatan pemerintah juga diperkirakan akan turun menjadi sekitar IDR 1,700 triliun.
- Pemerintah juga mulai menempatakan dana-dana pemerintah di Bank-bank milik negara untuk menjaga likuiditas keuangan dalam sistem perbankan membaik setelah sempat tertekan pada bulan Mei yang lalu.
Stimulus Ekonomi, Vaksin
- Di berbagaibelahan dunia, stimulasi ekonomi terus dilakukan. Seperti halnya pada krisis tahun 2008, Bank Sentral kembali melakukan stimulasi ekonomi, salah satunya adalah pembelian aset di pasar sehingga likuditas stabil dan saat ini mulai menjaga yield di
level tertentu. Selain itu, stimulus fiskal juga dilakukan dengan sangat agresif. Pemerintah mengambil peran yang lebih banyak pada krisis kali ini dibandingkan pada tahun 2008. Akhirnya kekuatan fiskal masing-masing negara akan menentukan, selain penyelesaian masalah pandemi, waktu recovery yang lama, serta pondasi dan struktur ekonomi masing-masing negara yang berbeda.
- Usaha pembuatan vaksin juga dilakukan dengan sangat serius. Para ahli berpendapat vaksin akan menjadi game changer dalam usaha melawan pandemi ini. Perusahaan asal Amerika Serikat, Moderna Inc., saat ini memimpin usaha pembuatan vaksin bersamaan dengan perusahaan Inggris, AstraZeneca,
dan perusahaan Tiongkok, Sinovac Biotech.
- Kami memperkirakan pemulihan ekonomi akan cukup lambat untuk pasar global,
dan untuk masing-masing negara akan tergantung struktur ekonominya. Dengan penyebaran COVID-19 yang
cukup cepat di Indonesia,
terdapat potensi untuk semakin lambatnya pemulihan ekonomi dan semakin besarnya beban fiskal Pmerintah sehingga potensi tekanan pasar mungkin akan masih terjadi. Sampai saat ini kami memperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 2-3% pada tahun 2020. Kami menilai bahwa agar dapat kembali ke level di atas 5%, Indonesia
butuh recovery secara global.
Pasar Saham
- Pasar Saham
Indonesia telah rebound dari level terendah di 4.905 pada
akhirJuni 2020. Kami memperkirakan pasar masih dapat menguat, namun volatilitas masih akan tinggi kedepannya dengan mempertimbangkan perkembangan penanganan COVID-19 di
Indonesia dan situasi ekonomi global.
- Valuasi saat ini berada pada 1,6 Price-to-Book
Value, sudah membaik daripada level terendahnya. Kenaikan juga mengikuti perbaikan pasar saham global dimana akftifitas ekonomi juga membaik secara bertahap.
- Kami menilai valuasi yang tepat untuk diterapkan pada pasar saham saat ini adalah dengan Price-to-Book
Value karena Earning
Visibility yang rendah dan potensi revert to
normal yang tinggi pada tahun depannya.
- Para analis menilai pasar bisa bergerak menuju 5.300 - 5.800
dalam dua belas bulan kedepan, mengikuti perbaikan ekonomi dan potensi perbaikan laba emiten. Kami melihat potensi kenaikan di saham-saham yang sudah undervalue meski harus diperhatikan kembali proses pemulihan bisnisnya. Perusahaan-perusahaan bluechip dengan balance sheet yang baik akan menjadi lebih dominan dan menguasai pangsa pasar yang lebih besar.
- Katalis untuk kenaikan lanjutan adalah stabilnya nilai tukar sehingga arus dana ke emerging
market bisa kembali masuk ke emerging
market dan perkembangan uji coba vaksin COVID-19.
Source: tradingeconomics.com
Pasar Obligasi
- Pasar Obligasi berpotensi untuk recovery lebih awal dibanding Pasar
Saham, karena likuiditas global yang masih sangat akomodatif dan posisi relatif imbal hasil SUN 10 tahun Indonesia yang cukup menarik karena inflasi yang rendah dan secara relatif terhadap peers di negara berkembang.
- Perbaikan ini tertahan karena belum jelasnya rencana pemerintah dalam hal monetisasi hutang pemerintah oleh Bank
Indonesia. Dengan sudah mulai jelasnya monetisasi dan juga budget deficit, maka posisi supply akan terlihat dan potensi crowding out bisa dikurangi.
- Pada bulan Juni, Bank
Indonesia juga telah menurunkan suku bunga menjadi 4,25% dan pemerintah juga telah menggelontorkan dana ke bank negara
dan bank umum untuk memperbaiki likuiditas.
- Kami melihat potensi Yield bisa menguat ke level
6.5-6.8% dalam 12 bulan, 150bps dari Jakarta
Inter bank Offered Rate (JIBOR) 1 tahun. Secara relatif, Yield 10 tahun Indonesia masih di atas peers terdekatnya yaitu India di
5,7%. Namun potensi penguatan akan tergantung recovery ekonomi dalam negeri.
- Katalis positif akan timbul dari kelanjutan likuiditas pasar global
yang berlimpah karena bisa mempengaruhi aliran dana modal, pergerakan nilai tukar Rupiah, perbaikan makro dan penanganan COVID-19 di
Indonesia.
Source: tradingeconomics.com
DISCLAIMER
PT Majoris Asset Management (“Majoris”) telah memperoleh izin usaha sebagai Manajer Investasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dalam melakukan kegiatannya diawasi oleh OJK. Dokumen ini dibuat oleh Majoris hanya sebagai informasi singkat produk dan disesuaikan dengan ketentuan Peraturan yang berlaku. Segala perhatian telah diberikan secara seksama untuk menyakinkan bahwa informasi yang disajikan dalam dokumen ini tidak menyesatkan. Namun demikian, Calon Pemodal tidak disarankan untuk hanya mengandalkan keterangan dalam dokumen ini. Kerugian yang mungkin timbul karenanya tidak akan ditanggung.
Download PDF
Back to list