Weekly Perspective – W4 Apr 2020
IMF merevisi pertumbuhan ekonomi
global menjadi -3,00% dari sebelumnya 3,30%
- International
monetary Fund (IMF) IMF mengeluarkan outlook
terbaru pertumbuhan ekonomi global. MewabahnyaCOVID-19 membuat IMF merevisi pertumbuhan
ekonomi global yang sebelumnya dikeluarkan Januari lalu. Secara global ekonomi
dunia akan mengalami kontraksi -3,00% atau turun 6,30% dibanding outlook di Januari
2020 yang diprediksi akan mengalami pertumbuhan 3,30%. Namun pertumbuhan yang
cenderung positif masih terlihat di negara emerging market. IMF
memprediksi Indonesia kemungkinan akan tumbuh 0,50%, dari sebelumnya 5,00% di tahun2019 dan pertumbuhannya diproyeksi mengalami peningkatan di tahun
2021 dengan estimasi 8,20%.
- Sedangkan negara Asean lainnya seperti Malaysia. IMF mencatat pertumbuhan di tahun 2020 sebesar -1,70% dari sebelumnya 4,30%. Meski begitu estimasi pertumbuhan Malaysia di tahun 2021 tumbuh 9%. Negara lainnya seperti Filipina diprediksi akan tumbuh 0,60% di 2020 dari sebelumnya 5,90% dan di tahun 2021 ekonominya diprediksi tumbuh 7,60%. Thailand menjadi negeri yang paling dalam mengalami kontraksi dengan pertumbuhan -6,70%, setelah sebelumnya tumbuh 2,40% di 2019. Di 2021, ekonomi Thailand diestimasi tumbuh 6,10%.
Revisi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN 5 Teratas Tahun 2020
Sumber: International Monetary Fund
Indeks Harga Saham Gabungan masih mengalami koreksi yang dalam akibat COVID-19
- Selama sepekan terakhir (20-24 April 2020) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar -2,99% melanjutkan penurunan di minggu sebelumnya dan ditutup di level 4.496,64 sehingga secara year to date IHSG mengalami koreksi sebesar -28,61%. Penurunan IHSG masih dipengaruhi oleh meluasnya dampak virus Corona di Indonesia dimana 8.862 orang telah terinfeksi dan merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara sehingga memberikan dampak negative terhadap pertumbuhan growth perusahaan yang berdampak pada pasar saham. Saat ini valuasi IHSG secara PE (Price Earning Ratio) sudah di level -2,00 standar deviasi dan secara PBV (Price to Book Value) sudah menyentuh level 1,30x dan hampir mencapai level valuasi ketika terjadi krisis global di tahun 2008 sebesar 1,25x. Mayoritas saham bluechip di IHSG saat ini juga cukup attractive dengan PBV di bawah 1,00 akibat penurunan ini. Penurunan IHSG sejalan dengan investor asing yang membukukan net sell sepanjang week to date sebesar Rp -2,70 trilliun dan year to date Rp -21,80 trilliun. Sektor yang mengalami penurunan terbesar selama seminggu terakhir diantaranya yaitu Property Real estate -10,88% diikuti oleh Agriculture -8,06%, Finance -6,03%, Mining -4,69% dan Miscellaneous Industry -3,92%.
- Sedangkan
untuk pasar Obligasi domestik harga Surat Utang Negara (SUN) yang mengacu pada Bloomberg
Indonesia Local Sovereign Bond Index (BINDO) kembali mengalami kenaikan sebesar
0,65% selama satu minggu terakhir melanjutkan kenaikan pada minggu sebelumnya.
Kenaikan ini dipengaruhi oleh sentimen positif peluncuran Pandemic
Bond denominasi USD olehPemerintah
Indonesia sebesar USD 4 Milyar yang diterima dengan baik oleh investor asing
sehingga membuat harga Obligasi mengalami kenaikan tercermin dari yield SUN 10
tahun turun dari
7,90% ke
7,80% diikuti nilai tukar Rupiah juga menguat ke Rp 15.400/USD dibandingkan
penutupan minggu sebelumnya di Rp 15.650/USD. Selain
itu perkembangan vaksinCOVID-19
yang
terus dilakukan oleh berbagai negara di seluruh dunia juga memberikan sentimen
positif bagi pasar Obligasi. Meskipun harga Obligasi mengalami kenaikan, secara
rata-rata transaksi harian masih di level Rp 10–12 triliun, 50% lebih rendah
dari rata-rata transaksi sebelum Maret 2020. Berdasarkan data dari Direktorat
Jendral Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per 23 April 2020 investor asing masih
membukukan net sell secara
month to date sebesar
Rp -5,00 triliun dan secara year
to date membukukan
net sell sebesar
Rap -140,00 trilliun di pasar Obligasi domestik dari posisi akhir Desember 2019
sebesar Rp 1.062,20 trilliun menjadi
922,20 trilliun.
- Portfolio
Reksa Dana Saham kembali
melakukanakumulasi
pembelian pada saham blue-chip
yang
sudah berada dalam valuasi yang murah dan berpotensi memberikan pertumbuhan
return kedepannya. Sektor perbankan masih menjadi salah satu sektor pilihan
karena merupakan sektor dengan bobot terbesar dalam IHSG, di samping itu ada
sektor Consumer, Infrastructure dan Miscellaneous Industries. Alokasi portfolio dijaga di level
81-86% sebagai antisipasi volatilitas market yang masih akan berlangsung dampak
dari penyebaranCOVID-19 yang masih cukup masif. Reksa
Dana Obligasi berinvestasi
pada SUN seri benchmark tenor 5-10 tahun serta menjaga durasi portfolio di level 5,50-6,00. Alokasi
portfolio untuk Obligasi Korporasi tenor pendek (3 tahun) dengan kupon yang
tinggi tetap dijaga untuk menahan volatilitas market dan memaksimalkan Return
Reksa Dana.
Download PDF
Back to list