Weekly Perspective - W3 March 2018

Fed Fund rate Hike to Trade War Concern

  • IHSG mengalami tekanan yang cukup signifikan. Dalam 1 minggu terakhir hingga 14 Maret 2018, IHSG mengalami penurunan sebesar -1,8%. Penurunan ini sejalan dengan penurunan pasar saham global, khususnya menjelang FOMC meeting akan yang berlangsung minggu depan pada tanggal 20-21 Maret 2018. Pasar sudah berekspektasi kenaikan Fed Fund rate sebesar 25bps pada FOMC meeting ini. Selain itu, tekanan pasar juga didorong kekhawatiran akan nuansa trade war yang dihembuskan dari Presiden AS. Dimulai dari kenaikan tarif impor untuk solar panel dan mesin cuci, kemudian dilanjutkan dengan rencana kenaikan tarif impor baja sebesar 10% dan alumunium sebesar 25%. Rencana kenaikan tarif impor ini dikhawatirkan dapat memicu perang dagang dunia.
  • Selain disebabkan karena risiko global, rencana Pemerintah Indonesia menahan kenaikan harga listrik dan BBM bersubsidi ditengah kenaikan harga minyak dunia, menjadi sorotan investor asing akan konsistensi reformasi ekonomi Pemerintah. Selain itu meningkatnya tren Debt to Equity (DER) perusahaan BUMN untuk mendukung pembangunan infrastruktur juga menjadi perhatian dari Lembaga rating S&P. Tekanan jual asing (foreign net sell) di pasar saham sudah mencapai Rp 7,1 Triliun secara month to date (MTD). Sektor mining, consumer dana aneka industry mencatatkan penurunan terbesar masing-masing sebesar -5,4%; -5,2% dan -4,6%. Adapun sektor Banking masih bertahan dengan kenaikan sebesar 1,3%.
  • Pada pasar obligasi, harga obligasi mengalami rebound tipis sebesar 0,2% selama 1 minggu terakhir. Dengan peningkatan yield SUN, maka level yield dinilai menjadi lebih menarik. Hal ini terlihat pada lelang SUN pada minggu ini, dimana Pemerintah berhasil memenangkan Rp 23,45 Triliun, dari target Rp 17- 25,5 Triliun. Adapun penawaran yang masuk mencapai Rp46,5tn diatas rata-rata penawaran dalam 1-3 minggu terakhir, menunjukkan kembali meningkatnya minat investor pada pasar SUN. Seiring penguatan Dollar Index, mata uang Rupiah masih bergerak melemah pada kisaran  Rp 13.750/USD. 


Defisitneracaperdagangan Indonesia

  • Neraca perdagangan bulan Februari 2018 mencapai defisit – USD 116 juta, lebih rendah dari periode Jan 2018 sebesar –USD 677 juta. Walaupun mengalami penurunan namun kami melihat ini adalah bulan ketiga kalinya secara berturut-turut kita mengalami deficit neraca perdagangan. Defisit neraca perdagangan memberikan sinyal pertumbuhan ekspor yang cenderung normalize dan peningkatan aktivitas ekonomi yang ditunjukkan dengan peningkatan pertumbuhan impor sebesar 25,2% yoy. Hal yang menarik adalah pertumbuhan ekspor yang  di estimasi cenderung normalize, ternyata diluar estimasi, mengalami peningkatan dari 7,9% (Jan 2018) menjadi 11.8% yoy (Febr 2018). Hal yang menjadi perhatian kami adalah kenaikan ekspor ini lebih didorong kenaikan ekspor Timah sebesar 404%, nikel 48% dan komponen perkapalan 91,5% secara MoM. Hal ini kami nilai tidak sustain, lebih disebabkan respon pasar seiring rencana Trump untuk mendorong kenaikan tarif impor baja dan alumunium. Defisit diprediksi masih akan meningkat, dari pertumbuhan impor barang konsumsi yang secara seasonality terjadi beberapa bulan sebelum Lebaran.


Market Expectation

  • Pergerakan pasar masih volatile dengan kecenderungan koreksi. Walaupun ada potensi technical rebound setelah FOMC meeting hingga window dressing menjelang akhir QQ1/2018, namun factor risiko global masih cukup tinggi. Selain itu issue domestik juga mulai meningkat, walaupun secara overall dari sisi makro ekonomi masih terkendali dan potensi recovery pertumbuhan ekonomi domestik.


“Opportunities to purchase what we deem to be attractively undervalued companies occur more frequently when stock prices are volatile”.



DISCLAIMER INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RESIKO. CALON PEMODAL WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DEPAN.

PT Majoris Asset Management (“Majoris”) telah memperoleh izin usaha sebagai Manajer Investasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dalam melakukan kegiatannya diawasi oleh OJK. Dokumen ini dibuat oleh Majoris hanya sebagai informasi singkat dan disesuaikan dengan ketentuan Peraturan yang berlaku. Segala perhatian telah diberikan secara seksama untuk menyakinkan bahwa informasi yang disajikan dalam dokumen ini tidak menyesatkan. Namun demikian, Calon Pemodal tidak disarankan untuk hanya mengandalkan keterangan dalam dokumen ini. Kerugian yang mungkin timbul karenanya tidak akan ditanggung.


Download PDF



Back to list