Weekly Perspective - W2 November 2018

Capital Inflow dan Menguatnya Nilai Rupiah Mendorong kenaikan Pasar Obligasi

  • Selama sepekan terakhir periode 05 – 09 November 2018 nilai tukar mata uang Rupiah menguat signifikan terhadap USD dari level Rp 14,955/ USD pada minggu sebelumnya menguat hingga menyentuh level Rp 14,530/USD. Penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh sentimen positif dari global market seperti renegosiasi perdagangan antara Amerika dan China pada akhir November 2018, menurunnya harga minyak mentah dunia dan kemenangan Partai Demokrat dalam Pemilu Sela Amerika sehingga menjadi mayoritas di House of Representative (DPR). Sedangkan dari sisi domestik pertumbuhan GDP Q3 2018 sebesar 5.17% (Q2 2018: 5.27%) mendapatkan respon positif dari pelaku pasar di tengah pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap USD dan kenaikan BI-7 Day Reverse Repo Rate 150 Bps ke 5.75%. 
  • Menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap USD juga membuat harga Surat Utang Negara yang mengacu pada Bloomberg Indonesia Local Sovereign Bond Index (BINDO) mengalami kenaikan +1.29% melanjutkan kenaikan harga di minggu sebelumnya serta Yield SUN 10 tahun juga mengalami penurunan dari 8.30% ke level 8.00%. Berdasarkan laporan Direktorat Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per tanggal 9 November 2018, investor asing membukukan net buy sebesar Rp 14 triliun dari posisi Rp 864.08 triliun di akhir Oktober 2018 menjadi Rp 878.08 triliun yang didominasi oleh pembelian SUN seri pendek dan menengah. Adapun lelang SUN yang berlangsung tanggal 6 November 2016 membukukan total bid Rp 59.90 triliun (salah satu bid terbesar di tahun 2018) dan yang dimenangkan oleh Pemerintah sebesar Rp 20 triliun.
  • Sedangkan di Pasar Saham IHSG sepekan terakhir ditutup melemah -0.54% dipengaruhi oleh rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan metode baru perhitungan Indeks menggunakan rasio free float (jumlah saham yang diperdagangkan di pasar) pada saham-saham yang tercatat di Indeks LQ-45 dan IDX-30 yang rencananya akan direalisasikan pada bulan Februari 2019. Beberapa saham dengan nilai market kapitalisasi besar tetapi memiliki free float yang rendah diantaranya HM Sampoerna (HMSP) dan Unilever (UNVR) yang masing-masing saham tersebut nilai free floatnya 7.5% dan 15% dari total market kapitalisasinya sehingga akan membuat bobot kedua saham tersebut berkurang di Indeks LQ-45 dan IDX 30. Meskipun IHSG mengalami penurunan, investor asing tetap membukukan net buy Rp 3.78 triliun selama week to date. Sektor yang mengalami kenaikan selama sepekan terakhir yaitu Trade Services +2.83%, Property +1.25% dan Mining +0.90%, sedangkan yang mengalami penurunan terbesar yaitu Consumer Goods -4.79% diikuti oleh Agriculture -2.89% dan Manufacturing -2.76%. 
  • Current Account Q3 2018 kembali mengalami defisit USD 8.80 milyar setara dengan -3.37% dari GDP (Q2 2018: -3.02% GDP) yang dipengaruhi oleh defisit neraca migas yang mencapai USD 3.50 milyar . Secara kumulatif dari awal tahun 2018 sampai dengan Q3 2018 defisit CAD di angka -2.86% dari GDP. Saat ini Pemerintah telah menjalankan beberapa langkah agar ada peningkatan Current Account Q4 2018 seperti penggunaan B20 untuk mengurangi impor BBM serta penerapan tarif khusus untuk beberapa jenis barang impor.
  • Data Cadanagan Devisa Oktober 2018 mengalami kenaikan USD 300 juta dari posisi USD 114.90 milyar menjadi USD 115.20 milyar. Hal ini merupakan kenaikan cadangan devisa pertama sejak bulan Januari 2018 dan posisi cadangan devisa saat ini cukup untuk membiayai 6.5 bulan impor (minimum 3 bulan impor sesuai persyaratan internasional).
  • Portfolio Reksa Dana Saham akan mengambil kesempatan dari kemungkinan aksi ambil untung yang akan berlangsung minggu ini. Sektor pilihan antara lain sektor Finance, Trade (retailer) , Basic Industry (poultry) dan mining (coal). Reksa Dana Obligasi akan mulai kembali melakukan akumulasi pada SUN tenor menengah dan panjang (tenor 10-15 tahun) secara bertahap ketika level yield 10 tahun berada di level 8.50 – 8.70%. Porsi Obligasi Korporasi tenor pendek (3-5 tahun) dengan kupon yang tinggi tetap dipertahankan untuk menjaga volatilitas pergerakan market dan memaksimalkan Return Portfolio. Durasi portfolio Reksa Dana akan ditingkatkan ke level 5.00 – 6.00.



DISCLAIMER INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RESIKO. CALON PEMODAL WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DEPAN.

PT Majoris Asset Management (“Majoris”) telah memperoleh izin usaha sebagai Manajer Investasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dalam melakukan kegiatannya diawasi oleh OJK. Dokumen ini dibuat oleh Majoris hanya sebagai informasi singkat dan disesuaikan dengan ketentuan Peraturan yang berlaku. Segala perhatian telah diberikan secara seksama untuk menyakinkan bahwa informasi yang disajikan dalam dokumen ini tidak menyesatkan. Namun demikian, Calon Pemodal tidak disarankan untuk hanya mengandalkan keterangan dalam dokumen ini. Kerugian yang mungkin timbul karenanya tidak akan ditanggung.


Download PDF



Back to list